Selasa, 12 Oktober 2010

Little Miss Sunshine (2006)

Akhir-akhir ini entah kenapa saya kayak kejebak dalam dunia yang minim warna. Monoton dan membosankan. Rutinitas adalah kambing hitam saya yang pertama. Selanjutnya, jadwal tidur yang kacau, adalah kambing hitam yang kedua. Mungkinkah saya buta warna ? Absolutely no ! Atau mungkin saya buta optimisme ? Hmm…maybe that’s the answer. Kalau saya pikirin sekali lagi, yang salah adalah optimisme di hati saya yang hilang, menyebabkan bocornya semangat sehingga berceceran kemana-mana. Saya butuh optimisme itu kembali, dan saya mendapatkannya kembali setelah menonton Little Miss Sunshine (2006).



Keluarga Hoover adalah keluarga yang ‘unik’. Richard Hoover (Greg Kinnear), sang ayah, adalah motivator yang sedang berusaha menerbitkan gagasannya melalui buku. Sheryl Hoover (Toni Collette) adalah seorang ibu yang emosional dan meledak-ledak. Dwayne (Paul Dano), anak pertama, seorang penggemar Nietzche yang terus berpuasa berbicara sebelum keinginannya untuk masuk Akademi Penerbangan terwujud. Edwin Hoover (Alan Arkin), sang kakek, adalah seorang playboy yang senang menyumpah serapah dan menghisap kokain. Frank (Steve Carell), penyuka sesame jenis yang baru saja dipulangkan dari rumah sakit akibat percobaan bunuh diri. Dan Olive Hoover (Abigail Breslin) adalah anak kecil yang polos dan cerdas.

Suatu ketika, Olive mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kontes kecantikan Little Miss Sunshine di Californiia. Mendengar kabar gembira tersebut, seluruh anggota keluarga ingin mengantarkan dia menuju tempat perlombaan. Berbagai kejadian unik dan tidak terduga harus mereka hadapi. Tapi seperti yang dikatakan Richard, “Ada dua tipe manusia, pemenang dan pecundang. Perbedaannya, pemenang tidak pernah menyerah.”, dan perjalanan mereka tanpa disadari banyak memberikan nilai hidup dan semangat, dalam kepolosan mereka.

Tadinya saya kira bakal kayak drama keluarga biasa. Ternyata ini drama dengan setting keluarga tapi dengan tema dan humor yang lebih dewasa. Jadi, walopun kedengarannya seperti drama keluarga, percayalah, ini bukan film anak-anak. Film ini mendapatkan rating R karena penggunaan kata kasar, narkoba, dan istilah-istilah dewasa. Tapi film ini jangan dianggap remeh. Selain karena film ini berhasil menyabet 2 piala Oscar, dialog-dialog yang dilontarkan dalam film ini sangat mendalam dan membuat kita merenung mensyukuri diri dalam kehidupan mereka yang abnormal, tentu saja dengan sentuhan humor satir.

Kita bakal menertawakan kepolosan keluarga ini dalam menghadapi setiap kejadian konyol di perjalanannya. Karakter-karakter yang saling bertentangan satu sama lain bakal menimbulkan jutaan kekonyolan akibat ulah mereka sendiri. Oke, mungkin kurang buat memancing tawa lebar, tapi tawa geli pun sudah cukup, karena keindahan film ini bukan cuma di humornya aja, tapi dari pengambilan gambar dan scoringnya juga.

Scene-scene yang ditampilkan sangat dramatis dan menyentuh. Dan seakan-akan film ini masih aja kurang sempurna, music yang mengiringi perjalanan mereka di film ini bakal menyempurnakan semuanya. Buat saya pribadi, hati saya serasa lapang dan luas selama menikmati film ini. Nggak tau kenapa. Pokoknya susah lah mendeskripsikannya disini, kalian harus merasakannya sendiri.

Little Miss Sunshine udah berhasil membuat saya tersenyum geli dan meresapi makna pemenang secara sekaligus. Film ini udah mencerahkan pandangan saya dalam menjalani rutinitas hidup, seakan-akan mereka memencet tombol ‘brightness’ berkali-kali sampai muncul warna-warna yang nggak saya sadari sebelumnya.

“Losers are people who are so afraid of not winning, they don't even try
- Grandpa

Dimas Dwi Adiguna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Walopun blog dimenonton.blogspot.com ini sifatnya tidak serius dan bebas, tapi tetap jangan melakukan hal-hal yang merugikan pihak lain.

Jangan melakukan spam, iklan, hujatan terhadap individu atau objek lainnya dengan kata yang kasar (ofensif), spoiler, dan hal lainnya yang mengganggu kenyamanan. Komentar yang dipostkan disini akan dimoderasi dulu.

Happy commenting ;)