Minggu, 10 Oktober 2010

Oldboy (2003)

*Barusan saya abis dari Pasar Seni ITB 2010. So much fun in there, tapi terlalu penuh dan wahananya kesedikitan. Walhasil kurang puas menjelajah dan panas gila!*


 “Even though I'm no more than a monster - don't I have the right to live?

Ya, ya, setelah kemaren saya disiksa dengan filmnya Chan-wook Park berjudul Thirst (2009) (dan saya nggak cocok banget sama film ini), saya memutuskan untuk menikmati film dia yang lain aja, judulnya Old Boy (2003). Awalnya saya udah takut grafik emosi saya bakal rusak di tengah jalan kayak film Thirstnya itu. Tapi ternyata, film ini berhasil bikin emosi saya ikut bergejolak banget terutama di bagian klimaksnya. Sebelum saya bakal panjang lebar ngomonginnya, well, I must give you all the synopsis first…

 Tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba Dae-su Oh (Min-sik Choi) diculik dan ditahan di sebuah apartemen. Menjalani hidup dalam ruangan yang sempit selama 15 tahun membuat mentalnya terguncang dan hidupnya hancur. Sampai suatu ketika, dia dibebaskan dan meninggalkannya dengan sebuah pertanyaan besar, ‘untuk apa semua ini terjadi pada dirinya ?’.

Hal pertama yang bakal bener-bener saya perhatikan sebelum saya nonton adalah ide ceritanya. Dan buat saya pribadi, ide ceritanya keren abis ! Tau nggak sih gimana rasanya disekap dalam sebuah ruangan selama 15 tahun lebih tanpa diberitahu maksud penangkapannya itu, sedangkan anak-istrinya serta seluruh dunianya masih terus berjalan. Rasa balas dendam inilah yang sengaja Chan-wook Park eksploitasi di film ini.

Oke, mungkin kalian melihat hal-hal absurd di film ini, tapi momen-momen absurd itu cukup mendukung (sekali lagi saya tegaskan, CUKUP MENDUKUNG) mood film ini yang sangat menekan kewarasan. Kita bisa sama-sama merasakan tekanan batin, keputusasaan, dan perjuangan untuk mencari kebenaran di balik semua ini. Selama nonton film ini, saya merasa jiwa dan hati saya disilet pelan-pelan dan temponya meningkat sampai mencabik-cabiknya hingga hancur. Stressful banget. Jadi, buat saya, film ini berhasil kalo dinilai dari segi emosi.

Akting Min-sik Choi saat memerankan jadi Dae-su Oh yang kewarasannya semakin labil bener-bener jempolan. Kalian bisa melihat ekspresinya yang tertekan, sedih, tapi sinis secara sekaligus. Penjiwaannya sangat terasa, bukan hanya peran Dae-su Oh, tapi pemain-pemain lain pun bisa mengimbanginya dengan hebat. Belom lagi scoring nya yang bisa mengubah suasana menjadi sangat dramatis dan emosional. Cemerlang banget !

Satu hal lagi yang paling diingat dari film ini adalah scene bertarung dengan sudut pengambilan gambar side-scrolling (geser ke samping, kayak game berantem Nintendo gitu deh). Adegan yang terlihat seperti satu kali ambil gambar itu jadi keliatan sangat dark, kotor, dan penuh kedendaman.

Hah ? Kalian nanya apa kekurangan film ini menurut saya ? Kalo menurut saya sih satu, adegan seksnya terlalu vulgar. Oke, mungkin kalian berargumentasi kalo adegan itu mendukung cerita, tapi ya nggak segitunya juga sih. Lagipula bagi saya, itu udah berlebihan, yang malah semakin memperbanyak rentetan Parental Guide di IMDBnya. Kenapa nggak pake alternatif dengan hanya memfokuskan pada suaranya saja seperti yang dilakukan oleh Mouly Surya dalam filmnya yang berjudul Fiksi (2008) ? Itu opini saya kan…

Sampe ending, saya bener-bener mual secara psikologis. Bukan karena kekerasannya, tapi lebih karena ceritanya (tolong jangan samakan dengan Tersanjung series). Pas saya mematikan laptop, ekspresi saya cuman satu : ‘Ya-ampun!’. Kalo boleh saya kasih istilah, film ini adalah tipe film ‘jambak-rambut’. Beneran, karena bisa bikin kalian jambak-jambak rambut sendiri. So, overall film ini saya beri 9 dari 10 point karena keberhasilannya menyuguhkan penampilan yang memukau dan cerita yang sangat 'argh'...

Reviewan kali ini bakal saya tutup dengan salah satu kalimat yang masih terngiang-ngiang di telinga saya setelah nonton film itu. Kalimat yang bikin saya sadar kalo manusia pasti punya stress point, saat-saat yang mampu membuat semangatnya terpuruk, setangguh apapun dirinya.

"Be it a rock or a grain of sand, in water they sink as the same."




Dimengingatkan
Seks dan Susila                                            : 8 / 10
Kekerasan dan Sadisme                              : 6.5 / 10
Kata Kasar dan Penggunaan NAPZA         : 5 / 10

Dimerating                                                    : 9 / 10


Dimas Dwi Adiguna


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Walopun blog dimenonton.blogspot.com ini sifatnya tidak serius dan bebas, tapi tetap jangan melakukan hal-hal yang merugikan pihak lain.

Jangan melakukan spam, iklan, hujatan terhadap individu atau objek lainnya dengan kata yang kasar (ofensif), spoiler, dan hal lainnya yang mengganggu kenyamanan. Komentar yang dipostkan disini akan dimoderasi dulu.

Happy commenting ;)